Kamis, 15 Maret 2012

PENGELASAN PADA BEBERAPA JENIS LOGAM

a)   Klasifikasi Baja Tahan Karat
Baja tahan karat termasuk dalam baja paduan tinggi yang tahan terhadap korosi, suhu tinggi dan suhu rendah. Disamping itu juga mempunyai ketangguhan dan sifat mampu potong yang cukup. Karena sifatnya, maka baja ini banyak digunakan dalam reaktor atom, turbin, mesin jet, pesawat terbang, alat rumah tangga dan lain-lainnya. Secara garis besar baja tahan karat dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu, jenis ferit, jenis austenik, jenis martensit.
·         Sifat baja tahan karat
Baja tahan karat mempunyai sifat yang berbeda baik dengan baja karbon maupun dengan baja paduan rendah yang mana sangat mempengaruhi sifat sifat mampu lasnya. Komposisi kimia dan sifat-sifat mekanik, serta sifat  fisik  maupun dengan baja paduan rendah yang mana sangat mempengaruhi sifat sifat mampu lasnya. Paduan utama dari baja tahan karat Cr atau Cr dan Ni dengan sedikit tambahan unsure lain seperti Mo, Cu, dan Mn. Dari sifat fisiknya yang menunjukkan bahwa  koeffisien muainya kira-kira 1,5 kali baja lunak, maka dalam pengelasan baja tahan karat akan terjadi perubahan bentuk yang lebih besar.  Sebagai contoh dari kekuatan tarik baja tahan karat pada suhu tinggi dapat dilihat pada  gambar 1.1., sedangkan untuk kekuatan mulurnya (1% dalam 10.000 jam).
b)   Pengelasan Pada Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Pengelasan dengan elektrode terbungkus, las MIG dan las TIG adalah cara yang banyak digunakan  dalam pengelasan baja tahan karat pada waktu ini. Disamping itu kadang-kadang digunakan juga las busur redam, las sinar elektron dan las resistensi listrik. Karena baja tahan karat adalah baja paduan tinggi, maka jelas bahwa kualitas sambungan lasnya sangat dipengaruhi dan menjadi getas oleh panas dan atmosfer pengelasan. Sifat mampu las dari masing-masing jenis baja tahan karat akan dijelaskan berikut:
·         Sifat mampu las baja tahan karat: 
1.      Baja tahan karat jenis Martensit
Baja ini dalam siklus pemanasan dan pendinginan selama proses pengelasan akan membentuk martensit yang keras dan eddc3getas sehingga sifat mampu lasnya kurang baik. Dalam mengelas baja tahan karat jenis ini harus diperhatikan dua hal yaitu:
Ø  Harus diberikan pemanasan mula sampai suhu antara 200 -  400°C dan uhu antara pengelasan lapisan harus ditahan jangan sampai terlalu dingin.
Ø  Segera setelah selesai pengelasan suhunya harus ditahan antara 700 - 00°C untuk beberapa waktu.
2.      Baja tahan karat jenis ferit
Baja tahan karat jenis ferit sangat sukar mengeras, tetapi butirnya mudah menjadi kasar yang menyebabkan ketangguhan dan keuletannya menurun. Penggetasan iasanya terjadi pada pendinginan lambat dari 600°C ke 400°C. Karena sifatnya ini maka pada pengelasan baja ini harus dilakukan pemanasan mula antara 70 sampai 100°C untuk menghindari retak dingin dan pendinginan dari 600°C ke 400°C harus terjadi dengan cepat untuk menghindari penggetasan seperti yang diterangkan diatas.
3.      Baja tahan karat Austenit
Baja tahan karat jenis ini mempunyai sifat mampu lasa yang lebih baik bila dibandingkan dengan kedua jenis yang lainnya. Tetapi walaupun demikian pada pendinginan lambat dari 680°C ke 480°C akan terbentuk karbit khrom yang mengendap diantara butir. Endapan ini terjadi pada suhu sekitar 650°C dan meyebabkan penurunan sifat tahan karat  dan sifat mekaniknya. Sifat mekanik dan sifat tahan karat dari logam las sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia dan struktur. Karena semua jenis baja tahan karat dalam pengelasan akan mengalami penggetasan dan peretakan, maka harus dijaga agar logam las selalu terletak pada daerah aman dalam gambar1.3.(daerah E R 308). Struktur Austenit akan menjurus pada  erbentuknya retak panas seperti yang ditunjukkan dalam gambar 1.4. Tetapi retak panas ini sangat berkurang apabila austenit mengandung lebih dari 4% ferit. Dengan sifat diatas maka dalam pengelasan baja tahan karat austenit hendaknya: pertama jangan dilakukan pemanasan mula tetapi dihindari terjadinya masukan panas yang  tinggi sehingga tidak terjadi pengendapan antar butir dari karbid-khrom; kedua sebaiknya digunakan elektrode jenis Nb,  Ti atau karbon rendah (C  ≤0,03%) dan ketiga dipilih elektrode yang menghasilkan struktur logam las pada daerah aman dari diagram Schaeffler. 


Pengelasan Aluminium Dan Paduan Aluminium
a.      Klasifikasi Aluminium dan Paduannya Serta Sifatnya Dalam Pengelasan.

v  Klasifikasi Aluminium dan Paduan Aluminium.  
Aluminium dan paduan aluminium termasuk logam ringanyang mempunyai kekuatan tinggi, tahan terhadap karat dan merupakan konduktor listrik yang cukup baik. Logam ini dipakai secara luas dalam bidang kimia, listrik, bangunan, transportasi, dan alat-alat penyimpanan. Kemajuan akhir-akhir ini dalam teknik pengelasan busur listrik dengan gas mulia menyebabkan pengelasan aluminium dan paduannya menjadi sederhana dan dapat dipercaya. Karena hal ini, maka penggunaan aluminium dan paduannya didalam banyak bidang telah berkembang. Paduan aluminium dapat diklasifikasikan dalam iga cara, yaitu: berdasarkan pembuatan, dengan klasifikasi paduan cor dan  paduan tempa, berdasarkan perlakuan padan dengan klasifikasi, dapat dan tidak dapat diperlaku-panaskan dan cara ketiga yang berdasarkan unsur-unsur paduan. Berdasarkan klasifikasi ketiga ini aluminium dibagi dalam tujuh jenis yaitu: jenis Al murni, jenis Al-Cu, jenis Al-Mn, Al-Si, jenis Al-Mg, jenis Al-Mg, dan jenis Al-Zn.

Ø  Paduan yang dapat dan tidak dapat diperlaku-panaskan
Paduan yang dapat diperlaku-panaskan adalah paduan dimana kekuatannya dapat diperbaiki dengan pengerasan dan penemperan, sedangkan paduan  yang tidak dapat diperlaku-panaskan kekuatannya hanya  dapat diperbaiki dengan pengerjaan dingin. Pengerasan pada paduan aluminium yang dapat diperlaku-panaskan tidak  karena adanya transformasi martensit seperti dalam baja  karbon tetapi karena adanya pengendapan halus fasa kedua  dalam butir kristal paduan. Karena proses ini maka pengerasan pada paduan aluminium disebut sebagai pengerasan endap atau pengerasan presipitasi. Sifat-sifat pengerasan presipitasi dari paduan aluminium tergantung pada unsur-unsur paduannya.
Logam paduan aluminium yang termasuk dalam kelompok yang tidak dapat diperlaku-panaskan adalah jenis Al-murni, jenis Al-Mn, jenis Al-Si dan jenis Al-Mg. Sedang kelompok yang dapat diperlaku-panaskan masih dibagi dalam jenis perlakuan panasnya yaitu anil-temper (O-temper), pengerasan regang (H-temper), pengerasan alamiah dan pengerasan buatan.
Paduan aluminium yang dapat dikeraskan secara alamiah adalah jenis Al-Cu, dimana cara pengerasannya adalah karena terjadinya pengendapan fasa  kedua pada suhu kamar dalam waktu beberapa hari setelah perlakuan panas pelarutan dari fasa kedua. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok pengerasan buatan adalah jenis Al-Cu-Mg, jenis Al-Mg-Si dan jenis Al-Zn-Mg. Dalam proses pengerasan ini pengendapan fasa kedua terjadi pada suhu diatas suhu kamar sampai 160°C atau 185°C dalam waktu 6 sampai 20 jam.

Ø  Sifat umum dari beberapa jenis paduan
1.    Jenis Al – murni teknik (seri 1000)
·                 Memiliki kemurnian antara 99.0% dan 99.9%
·                 Tahan karat
·                 Konduksi panas dan konduksi listrik  
·                 Memiliki  kekuatan yang rendah.
2.    Jenis paduan Al-Cu (seri 2000)
·         Tahan korosinya rendah
·         Sifat mampu lasnya kurang baik, sehingga banyak
·         digunakan pada konstruksi keling, pesawat terbang.
3.    Jenis Paduan Al-Mn (seri 3000)
·         Tidak dapat diperlakukan  panas sehingga penaikkan kekuatan hanya dapat diusahakan  melalui pengerjaan dingin dalam proses pembuatannya
·         Tahan korosi
·          Sifat potong dan sifat mampu lasnya
·         Memiliki kekuatan yang tinggi.
4.    Paduan jenis Al – Si (seri 4000)
·         Tidak  dapat diperlakukan panas
·         Jika dalam keadaan cair mempunyai sifat mampu alir
yang baik dan dalam proses  pembekuannya tidak terjadi retak.
5.    Paduan jenis Al-Mg (seri 5000)
·         Tidak dapat diperlakukan panas
·         Tahan korosi terutama korosi oleh air laut
·         Memiliki sifat mampu lasnya yang baik
6.    Paduan jenis Al-Mg-Si (seri 6000)
·         Dapat diperlakukan panas™ 
·         Memiliki sifat mampu potong
·         Memiliki sifat mampu las
·         Daya tahan korosi yang cukup
7.    Paduan jenis Al-Zn (seri 7000)
·         Dapat diperlakukan panas 
·         Unsur yang ditambahkan  pada paduan ini adalah Mg,Cu dan Cr. 
·         Tahan korosi

Ø  Sifat Mampu Las
Dalam hal pengelasan paduan aluminium mempunyai sifat yang kurang baik bila dibandingkan  dengan baja. Sifat-sifat yang kurang baik atau merugikan tersebut adalah:
1.      Karena panas jenis dan daya  hantar panasnya tinggi maka sukar sekali untuk memanaskan dan mencairkan sebagian kecil saja.
2.      Paduan aluminium mudah teroksidasi dan membentuk oksida aluminium Al2O3 yang mempunyai titik cair yang tinggi.
3.      Karena mempunyai koefisien muai yang besar, maka mudah sekali terjadi deformasi sehingga paduan-paduan yang mempunyai sifat getas yang panas akan cenderung membentuk retak panas.
4.      Karena perbedaan yang tinggi  antara kelarutan hidrogen dalam logam cair dan logam padat, maka dalam proses pembekuan yang terlalu cepat  akan terbentuk rongga halus bekas kantong-kantong hidrogen.
5.      Paduan aluminium mempunyai berat jenis rendah, karena itu banyak zat-zat lain yang terbentuk selama pengelasan akan tenggelam.
6.      Karena titik cair dan viskositasnya rendah, maka daerah yang kena pemanasan mudah mencair dan jatuh menetes.
v  Retak Las
Sebagian besar retak las  yang terjadi pada paduan aluminium adalah retak panas  yang termasuk dalam kelompok retak karena pemisahan. Retak las  ini dapat terjadi pada proses pembekuan dan proses pencairan.
v  Lubang-Lubang Halus
 Lubang halus yang terjadi  pada proses pengelasan aluminium disebabkan  oleh gas  hidrogen yang larut kedalam aluminium cair.
v  Pengaruh Panas Pengelasan
Panas pengelasan pada paduan aluminium akan menyebabkan terjadinya pencairan sebagian, rekristalisasi, pelarutan padat atau pengendapan, tergantung pada tingginya suhu pada daerah las.
v  Sifat Mampu Las Dari Aluminium Dan Paduannya
Berdasarkan sifat mampu las  dan paduannya dapat dibagi dalam lima kelompok, yaitu:
·         Jenis aluminium murni teknik dan jenis paduan Al-Mn.
·         Jenis paduan Al-Mg
·         Jenis paduan Al-Zn-Mg
·         Jenis paduan Al-Mg-Si
·          Jenis paduan Al-Cu dan paduan Al-Zn

b.      Pengelasan Aluminium dan Paduannya
Ø  Jenis pengelasan yang digunakan adalah  las gas, las  busur  elektroda dan las sinar elektron
Ø  Jenis las yang digunakan adalah las busur gas mulia, yaitu lapisan oksida yang terjadi pada permukaan logam aluminium , sehingga dipecah dan dibersihkan dengan busur listrik. Karena selam pengelasan terlindung oleh gas mulia  maka permukaannya bersih.
Ø  Apabila digunakan cara lain maka diperlukan fluks yang berisi klorida atau fluorida untuk menghilangkan lapisan oksida yang terjadi. Bahaya apabila menggunakan fluks adalah apabila fluks tertinggal di dalam logam  yang akan menyebabkan korosi .
Ø  Persiapan pengelasan :
1.    Persiapan pada logam induk :  Dilakukan pembersihan pada permukaan yang akan dilakukan di las dari zat oksida dan zat lain yang dapat menyebabkan terjadinya cacat.
2.    Persyaratan  tempat mengelas  Dibutuhkan tempat pengelasan yang bersih . Apabila digunakan las busur dengan gas  mulia maka harus ada pelindung angin. Agar tidak terjadi percampuran dengan gas lain , maka tempat pengelasan harus terpisah  dari proses pengerjaan lainnya.
3.     Pemilihan Logam Penggisi  Pada dasarnya pemilihan logam penggisi  harus sejenis dengan logam induk. Waktu penyimpanan logam penggisi  sependek mungkin  sehingga pembentukan lapisan oksida dan penyerapan uap air dapat dihindari.
4.    Pemilihan gas pelindung.  Gas pelindung yang digunakan adalah argon dan helium, gas Argon memberikan  perlindungan yang lebih baik dari gas He, tetapi penembusannya dangkal. Sedangkan untuk memperdalam penembusan maka digunakan pelindung campuran yang terdiri dari gas Ar dan He. Gas pelindung harus memiliki kemurnian yang tinggi, karena gas ini akn berhubungan dengan  logam cair dan sangat berpengaruh pada hasil pengelasan.
5.    Pembuatan alur dan pemahatan lasan  Pembuatan alur dan pemahatan lasan dengan busur pada logam alumunium dan  paduannya tidak memberikan kehalusan permukaan yang memuaskan 

Selasa, 13 Maret 2012

PROSES PENGELASAN (WELDING)


A. SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
  • Pengertian
SMAW adalah proses las busur manual dimana panas las dihasilkan oleh busur listrik yang terbentuk diantara elektroda berpelindung flux dengan benda kerja. Elektroda SMAW terdiri dari 2 bagian yaitu bagian inti yang terbuat dari baja yang berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) dan bahan pembungkus yang disebut fluks. Fungsi dari fluks adalah : sebagai sumber terak untuk melindungi logam cair dari udara sekitarnya, menjaga busur listrik agar tetap stabil, sebagai deoksidator, menghasilkan gas pelindung, mengurangi percikan api dan uap pada pengelasan, dan sebagai sumber dari unsur paduan.
  • Prinsip Kerja
las 12
  • Aplikasi
Prinsip SMAW banyak digunakan untuk mengelas pipa-pipa refinery hingga pipelines, bahkan untuk mengelas di bawah laut guna memperbaiki struktur anjungan lepas pantai. Selain itu, Proses SMAW digunakan untuk mengelas logam-logam ferrous dan non ferrous, termasuk carbon steel, low alloy steel, stainless steel, nickel steel, cast iron, dan paduan tembaga.
B. SAW (Submerged Arc Welding)
  • Pengertian
Submerged Arc Welding adalah proses pengelasan busur dimana logam cair dilindungi oleh fluks selama pengelasan. Busur listrik yang digunakan untuk mencairkan logam tertutup oleh serbuk fluks yang diberikan disepanjang alur las dan proses pengelasan berlangsung didalam fluks tersebut.
  • Prinsip Kerja
  • 3

  • Aplikasipengecoran
  • Pabrikasi Baja dari Bentuk Struktural (Seperti : I-beams)
  • Pengelasan lapisan untuk pipa, tangki,  pressure vessels dengan diameter besar Seams
  • Pengelasan komponen untuk mesin berat
  • Baik digunakan untuk baja (kecuali baja karbon tinggi)
C. PAW(Plasma Arc Welding)
  • Pengertian
Plasma adalah gas yangterionisasi dengan jumlah ion sama dengan jumlah elektron. Menggunakan elektroda tungsten, filler metal ditambahkan seperti pada proses GTAW. Menggunakan gas pelindung He, Ar atau campuran keduanya. Arus listrik yang digunakan mencapai 100 ampere dengan temperature plasma hingga 30000°C, dengan temperatur setinggi ini, material apapun dapat dicairkan. Metode ini menghasilkan penetrasi yang sangat baik.
  • Prinsip Kerja
  • 4

  • Aplikasi
Biasanya digunakan untuk mengelas paduan aluminium dan titanium dan sering digunakan sebagai pemotong (plasma cutting).
D. TIG (Tungsten Inert Gas)
  • Pengertian
Metode pengelasan ini sebelumnya dikenal dengan nama Tungsten Inert Gas (TIG). Gas Inert yang biasa digunakan adalah wolfram untuk pelindung yang bagus sehingga atmosfir udara tidak masuk ke daerah lasan. Namun sekarang digunakan Co2 (tidak inert) karena lebih murah dan stabil.Elektroda tungsten bukan sebagai filler metal, sehingga perlu filler metal dari luar untuk mengisi gap sambungan. Filler metal bersama logam induk akan dicairkan oleh busur listrik yang terjadi antara elektroda dengan logam induk.
  • Prinsip Kerja
  • 5

  • Aplikasi
Metode ini biasanya digunakan untuk mengelas logam yang reaktif terhadap oksigen seperti paduan aluminium, magnesium dan titanium. Metode ini juga cocok intuk pelat tipis sampai dengan 5mm. Straight polarity (dengan arus hingga 500 ampere, boltase 20-40 volt) lebih sering digunakan daripada reverse polarity, karena reverse polarity cenderung mencairkan elektroda. Metode ini sangat cocok digunakan untuk spot welding.
E. MIG (Metal Inert Gas)
  • Pengertian
Sebelumnya dikenal dengan nama Metal Inert Gas (MIG). Pada metode pengelasan ini, gas pelindung juga berfungsi sebagai filler metal. Gas yang digunakan sebagai pelindung sama dengan gas yang digunakan pada GTAW, yaitu Ar, He, dan CO2, dialirkan selama proses pengelasan. Elektroda kontinu. Metal transfer berupa spray, globular dan short-circuit. Biasanya menggunakan sumber arus DC dengan reverse polarity untuk menaikkan penetrasi lasan.
  • Prinsip Kerja
  • 6
  • Aplikasi
MIG digunakan untuk mengelas bagian yang tebal, karena slag yang terjadi ketika pengelasan multipass tidak akan terjadi. Serta baik untuk pengelasan baja – baja kwalitas tinggi seperti baja tahan karat, baja kuat dan logam – logam bukan baja yang tidak dapat dilas dengan cara yang lain.

Pengelasan Baja Stainless Steel




a. Ferritik
SS 430 (16-18% Cr) dan 407 (10-12% Cr)
Masalah yang dapat terjadi :
- Pengkasaran butir dan ketangguhan HAZ rendah karena laju difusi Fe tinggi
sehingga menyebabkan HI rendah
- Kemungkinan terbentuk martensit dari austenit (keras dan getas)
- Sensitasi : pembentukan endapan karbida atau nitrida akibat proses pemanasan

b. Austenitik(Ni>7%)
Paling mudah dilas dan yang paling umum dipakai SS304, cacat yang mungkin
terjadi adalah solidification cracking, weld decay, liquation cracking.

c. Ferritik-Austenitik (duplex)
Terdiri dari dua fasa yaitu ferrit dan austenit. Perbandingan fasa idealnya
50:50.
Masalah yang dapat terjadi :
- Low arc energy menyebabkan kandungan ferrit meningkat sedang sebaliknya akan
terbentuk fasa sigma.
- Sulit mendapat austenit 50% sehingga perlu ditambahkan nickel (over matching).
- Kemungkinan pertumbuhan butir (grain growth) dari full-ferrit pada HAZ
menyebabkan ketangguhan menurun, sehingga masukan panas perlu dikontrol.

d. Martensitik (Hi Carbon)
- Martensitik SS (AISI 400/UNS S 40000 series) paling sulit dilas
- Aplikasinya adalah untuk material tahan aus
- Masalah yang sering muncul adalah retak las yang dapat dihindari dengan
melakukan preheating.

SS mudah di las dengan berbagai metode. Struktur dan sifat yang terbentuk dari
hasil pengelasan sangat tergantung kepada komposisi kimia hasil lasan. SS dapat
dilas dengan metode SMAW, GTAW dan SAW. SS dapat dilas dengan baja karbon ( welding dissimilar metal ) dengan menggunakan filler 309 L yang menghasilkan dilusi 25%.

Weldability dari baja tahan karat adalah baja tahan karat mudah dilas dalam
berbagai metode. Struktur serta sifat yang terbentuk dari hasil pengelasan sangat bergantung kepada komposisi kimia hasil lasan. Jenis struktur ditentukan dari Diagram Schaefler dan De Long.

Urutan tertinggi hingga terendah dalam hal kemampulasannya :
a. Austenitik SS
b. Duplex SS
c. Ferritik SS
d. Martensitik SS

Mekanisme terjadinya Weld Decay.

Weld decay merupakan korosi intergranular yang terjadi pada daerah HAZ. Pada baja tahan karat austenitik yang mengalami pemanasan untuk waktu yang cukup lama dalam temperatur antara 550° - 580° C. Pada rentang temperatur tersebut endapan karbida Cr23C6 pada batas butir yang mengakibatkan terciptanya zona miskin akan Cr pada kedua sisi batas butir.

Cara pencegahannya :
- Menggunakan elektroda Ti jenis 321
- Penghilangan endapan karbida dengan solution treatment pada 1050°C diikuti
dengan pendinginan cepat
- Menggunakan “L” grades

Mekanisme terjadinya Solidification cracking

Solidification cracking terjadi jika logam las membeku sebagai fasa tunggal
gamma (γ), yaitu jika Crek/Niek < 1,5. Jenis cacat ini dapat dihindari dengan
menciptakan 5-10% δ-ferrite pada logam las melalui pemilihan kawat las yang
tepat.

Terjadinya retak tersebut tergantung pada :
- Geometri sambungan dan rigiditasnya yang menentukan derajat restraint sebagai
faktor penentu level tegangan yang ditimbulkan
- Rentang temperatur rapuh material
- Komposisi kimia baja


Cara pencegahannya :
Memastikan SS yang dilas tidak mengandung pengotor serta menggunakan fluks saat
mengelas untuk melindungi SS dari impurities.

Problem umum terjadi pada pengelasan baja tahan karat feritik.
- Perkembangan butir terjadi sangat cepat pada daerah HAZ yang dikarenakan kecepatan
difusi Fe pada struktur BCC yang tinggi. Mengatasinya dengan memberikan masukan
panas yang rendah
- Kemungkinan terbentuknya martensit. Posisi batas gamma + alpha sangat dipengaruhi
oleh interstisi C dan N yang merupakan unsur penstabil austenit. Jika komposisi
baja sedemikian rupa hingga pada waktu pemanasan memasuki daerah gamma loop, maka
akan terbentuk fasa austenit dan membentuk martensit sewaktu pendinginan
- Sensitasi atau embrittlement, jika baja tahan karat feritik mengalami pemanasan
hingga >950°C, maka akan mengakibatkan adanya pelarutan karbida dan atau karbida
yang membentuk endapan pada pendinginan.

Problem yang umumnya terjadi pada pengelasan baja tahan karat duplex adalah

- Pada logam las, jika dilas tanpa kawat las maka kandungan austenit pada logam las
akan berkurang jauh di bawah 50%, dan jumlah yang tepat tergantung pada kecepatan
pendinginan. Umumnya pada pengelasan baja jenis ini digunakan kawat las dengan
kadar nikel yang tinggi sehingga kesetaraan Ni meningkat dan jumlah austenit dapat
dibuat seimbang dengan ferrit.
- Pada daerah HAZ. Pada temperatur tinggi akan terbentuk seluruhnya ferrit dan
terjadi pertumbuhan butir. Pada pendinginan akan terbentuk fasa austenit pada
batas butir. Ketangguhan pada daerah HAZ sangat rendah, oleh karena itu untuk
mengatasinya diberikan masukan panas yang terkontrol.

Problem yang umumnya terjadi pada pengelasan baja tahan karat martensit

- Retak las akibat terbentuknya struktur yang keras dan rapuh(martensit) di HAZ.
Preheating dan interpass temperature yang tergantung dari kadar karbonnya, yakni
antara 100-320°C atau yang direkomendasikan untuk mencegah terjadinya retak las.
- Post Weld Heat Treatment (PWHT) diperlukan untuk meningkatkan sifat mekanis dan
mengurangi tegangan sisa. Untuk sambungan yang kompleks PWHT dilakukan sesaat
setelah pengelasan selesai yaitu pada saat mencapai temperatur martensite start
(130-150°C).
- Kandungan hidrogen harus rendah dan pakai austenitic filler metal.

Proses finishing yang dilakukan pada pengelasan baja tahan karat austenitik

- Proses pickling : dengan larutan asam atau pasta untuk mencegah / menghilangkan
kontaminasi besi oksida, untuk menghilangkan tanda terbakar (heat tint) maupun
scale yang terbentuk akibat pemanasan pada temperatur tinggi.
- Proses pasivasi : untuk menghilangkan tanda terbakar dan menghilangkan besi pada
permukaan SS agar tidak terjadi korosi pitting. Degreasing merupakan proses
penghilangan lemak, minyak, oli dll dari permukaan stainless steel. Jika proses
degreasing tidak dilakukan maka akan menimbulkan korosi pada daerah las (misalnya
Stress Corrosion Cracking karena adanya tegangan yang diakibatkan oleh adanya
tegangan yang ditimbulkan oleh karbon yang terkandung dalam minyak)Bila tidak
dilakukan maka akan terjadi korosi


Untuk melakukan pengelasan beda logam antara baja karbon dengan baja tahan austenitik maka digunakan proses pengelasan SMAW dengan arus sebesar 60 amper. Masukan panas dijaga rendah untuk menghindari crack atau embrittlement. Elektroda yang dapat digunakan antara lain (tergantung jenis baja) E 304 and R 990. (Widia Setiawan , Nugroho Santos. Pengelasan Dissimilar Metal Baja Karbon Rendah ST 37 dan Baja Austenitik SUS 304 (Tahan Karat)Pada Pengelasan SMAW Terhadap Sifat Mekanik)

Penggunaan kawat las akan berpengaruh terhadap besarnya daerah dilusi, dilusi
ialah perbandingan daerah base metal yang berfusi dibagi dengan seluruh
daerah kampuh las

syarat-syarat dalam mengelas dissimilar metal agar dicapai struktur mikro dan
kekuatan yang baik antara lain:
- Pemilihan Jenis filler elektroda yang tepat: analisis diagram Schaffler
menunjukkan bahwa penggunaan elektroda jenis E 308 sudah memenuhi syarat untuk
menyambung bahan dissimilar metal antara baja stainless SUS 304 dengan baja karbon
rendah.
- Heat input yang tepat : Masukan panas dijaga rendah untuk menghindari crack atau
embrittlement

Dilusi pada dissimilar metal adalah perbandingan daerah base metal yang berfusi dibagi dengan seluruh daerah kampuh las.

Senin, 12 Maret 2012

KUSEN ALUMUNIUM PILIHAN

Pada rumah tinggal, aluminium mulai digunakan untuk kusen jendela dan pintu, lapisan dinding, hingga rangka furnitur pun kini menggunakan aluminium. Pamor aluminium pun semakin meningkat. Material ini sering dihadirkan pada rumah bergaya modern minimalis. Gaya rumah yang kini juga semakin populer di Indonesia.

Aluminium merupakan logam yang slim alias tipis. Tebalnya berkisar 0,8mm-1,5mm. Warna dasarnya abu-abu agak kusam. Profilnya beragam; ada yang lembaran, silinder, atau kotak, tergantung peruntukannya.
Sebagai material bangunan, sosok aluminium ada yang dibiarkan polos, ada juga yang di-finishing . Finishing membuat aluminiumua makin kt dan tahan karat. Daya tahannya hingga puluhan tahun. Tentang finishing aluminium, setidaknya ada dua tipe, yakni anodize dan powder coating . Keduanya berbeda proses dan materialnya.

Anodize dilakukan dengan cara mencelupkan aluminium mentah ke cairan kimia, kemudian mengalirinya dengan listrik. Hasilnya, lapisan setipis 5mikron -20mikron akan melapis permukaan aluminium. Powder coating beda lagi. Prosesnya mirip melaburkan serbuk seperti bedak pada permukaan aluminium. Proses ini membuat serbuk melekat pada permukaannya. Proses pemanasan akan menyatukan serbuk ke permukaan aluminium.

Tingkat kerekatan lapisan powder coating berkisar 40 mikron- 60 mikron. Finishing akan membuat tampilan aluminium lebih cantik dan lebih kuat terhadap perubahan cuaca dan lingkungan. Karenanya, aluminium kini menjadi alternatif material pada bangunan rumah, bisa digunakan sebagai kusen pintu dan jendela, daun pintu, atau furnitur. Apalagi sekarang, tampilan aluminium ada yang menyerupai tampilan kayu, lengkap dengan serat-seratnya.

Saat ini penggunaan kayu sebagai material kusen untuk konstruksi bangunan, hampir boleh dikatakan sudah jarang sekali. khususnya untuk bangunan-bangunan multifungsi seperti ruko, rukan, gedung perkantoran, showroom, sekolahan, dll.. boleh dikatakan penggunaan ku kayu sudah ditinggalkan, karna harga yang semakin mahal untuk bahan kayu. Bukan saja kontraktor atau developer yang tidak ingin menggunakan kusen kayu melainkan tuntutan dari konsumen atau pemilik unit bangunan itu sendiri.

Ada beberapa alasan mengapa kusen bahan Aulunium menjadi pilihan saat ini. Beberapa di antaranya adalah seperti:
  • Bahan lebih awet.
  • mudah dan cepat dalam pemasangan.
  • Tidak  mudah lapuk apalagi di musim hujan.
  • Tidak dimakan rayap apalagi untuk daerah tropis seperti Indonesia.
  • Bahankayu harganya semakin mahal karena penebangan hutan dilarang.
  • Mendukung program Go-Green.


PINTU SEBAGAI PENYEKAT RUANGAN

Dinding merupakan batas ruang yang memisahkan satu ruang dengan ruangan lainnya. Bentuknya masif serta sudah direncanakan sejak pertama hunian akan dibangun.

Dalam perjalanan waktu, Anda membutuhkan tambahan ruang tanpa terencana serta butuh pembeda antar ruang. Untuk itu, hadirlah sekat atau partisi sebagai solusinya. Kehadiran sekat atau partisi sama fungsinya seperti dinding yakni membedakan fungsi ruangan. Namun, batas ini tidak permanen, sehingga dapat diubah atau diganti ketika merasa bosan.

Membatasi fungsi antar ruang dengan sekat atau partisi, otomatis dapat menciptakan privasi sendiri. Bandingkan dengan ruangan berkonsep terbuka, misalnya, ruang tamu dan ruang makan tanpa penyekatan. Pastinya, akan terasa kikuk saat aktivitas dilakukan bersama-sama di kedua ruangan. Secara psikologis, sekat akan menghadirkan rasa nyaman serta terlindungi.

Perkembangan desain mengakibatkan bentuk, jenis, material sekat makin beragam. Bahkan, sekat selain berfungsi membagi ruangan dapat dimaksimalkan sebagai area penyimpanan. Sekat jenis seperti ini biasanya didapatkan dengan mengalihfungsikan bufet, meja konsol, atau lemari. Furnitur lain yang berfungsi sebagai penyimpanan dan sekat biasanya cocok dimanfaatkan di hunian mungil.

Sekat juga dapat menutupi desain atau bagian struktur yang terlihat kurang sesuai dengan tampilan ruang. Misalnya saja, kolom di sudut ruang dan area tangga, merupakan contoh bagian yang ingin ditutupi. Partisi jenis sketsel dapat membantu keluhan ini, dengan menutup lewat daun lipatannya.

Sumber: Seri Rumah Ide Sekat dan Partisi/ Imelda Akmal Architecture Writer Studio/ Gramedia Pustaka Utama

Minggu, 11 Maret 2012

Kekurangan dan Kelebihan Kusen Aluminium

Segala sesuatu pasti ada kekurangan dan kelebihan. begitu juga dengan Kusen Alumunium. dan ada perbedaan kusen alumunium dengan kusen kayu. apalagi selama Adanya wacana pemanasan global, penebangan liar sebagai salah satu penyebab hilangnya hutan tropis, trend green house, telah membuat banyak perubahan dalam penggunaan dan konsep design rumah tinggal. Salah satunya adalah mulai berkurangnya penggunaan bahan dari kayu diganti dengan bahan jadi seperti aluminium, beton, plastik.

Penggunaan
kusen aluminium selama ini dikenal indentik dengan perkantoran dan pertokoan, pada era dewasa ini sudah cukup banyak yang menggunakan untuk rumah tinggal. Nah berikut kelebihan dan kekurangan menggunakan kusen Aluminium
Kusen Aluminium

 
Kelebihan :

1. Tahan keropos, tidak dimungkinkan untuk dimakan rayap.


2. Bahan aluminium yang lebih tahan lama, anti rayap,dan tidak menyusut seperti kayu, tidak akan mengalami penyusutan dan perubahan bentuk / melengkung akibat perubahan cuaca


3. Tampilan
kusen aluminium dapat dicat atau dilapis dengan warna kayu bahkan motif kayu sehingga menyerupai kayu.


4. Desain dapat dibuat sesuai pesanan. Keunggulan kusen aluminium adalah bobotnya yang ringan dan kuat sehingga mudah dipindahkan. Perawatannya yang simpel menjadi daya tarik bagi pembelinya disamping kualitas bahan aluminium.


5. Ekonomis, dalam pengertian biaya proses pembuatan, pemasangan dan perawatan untuk kusen aluminium lebih murah karena lebih tahan lama.
Kelemahan :

 
6. Variasi bentuk yang terbatas, karena merupakan standart pabrik, hanya terbatas pada bentuk minimalis dan klasik Eropa.


7. Pemasangan dengan menggunakan sistem fischer. Teknik ini mengandalkan kekuatan sekrup fischer yang diborkan dan ditanam bersama kusen merapat ke tembok sekeliling kusen pintu yang sudah diplester rapi dan sangat akurat ukuran dan sudut siku-sikunya. Untuk teknik pemasangan ini, apabila terjadi kesalahan dalam pemasangannya maka dapat berakibat fatal.

8. Cara pemasangan kusen aluminium mengandalkan kekuatan sekrup yang dipasangkan melekat pada dinding menjadikannya harus dipasang dengan presisi dan diplester rapi agar tidak terjadi kebocoran dan kesalahan lainnya. Jangan memilih kusen aluminium yang bermutu rendah, karena dapat mudah memuai saat terjadi perubahan suhu drastis karena kaca yang dibingkai dapat mudah lepas.

9. Sambungan yang kurang baik pada siku atau kaca dapat menyebabkan air hujan dapat masuk, karena itu faktor penyambungan dan "sealant" atau karet penyekat antara kaca dan alumunium harus dari bahan berkualitas dan tahan lama agar air tidak mudah masuk ke dalam kusen atau ke ruangan. Pada dasarnya masalah sealant ini tidak menimbulkan masalah pada kusen alumuniumnya karena bahan alumunium tidak terpengaruh air.

Pesan Sekarang juga Kusen Alumunium di :Sini......